Selasa, 21 April 2020

Peribahasa | Sekilas Pengertian, Asal-usul, dan Perkembangannya

Kabid Dikdas
Peribahasa | Sekilas Pengertian, Asal-usul, dan Perkembangannya

– Peribahasa adalah salah satu kekayaan sastra. Peribahasa dalam bahasa Indonesia menerupakan wujud kekayaan masyarakat nusantara. Peribahasa dalam bahasa Indonesia telah ada dan tumbuh serta lestari dalam masyarakat tutur bahasa Indonesia maupun bahasa daerah lainnya. Berikut akan dijelaskan sekilas tentang pengertian peribahasa, asal-usul peribahasa, dan perkembangan peribahasa di Indonesia.

Pengertian Peribahasa

Di antara bentuk-bentuk sastra lisa yang ada di Indonesia, peribahasa merupakan bentuk sastra lisan yang paling dikenal, paling banyak digunakan, baik secara sadar maupun tidak sadar. Bentuk inkhoatif sastra jenis ini semula berkembang secara lisan (oral), acap kali tidak memiliki bentuk tetap. Beruba-ubah sesuai dengan pamahaman penutur dan mitra tuturnya.  Peribahasa baru memiliki bentuk yang tetap dan mantap setelah terekam dalam naskah tulis.


Peribahasa pada dasarnya adalah kalimat yang singkat dan padat yang menjadi sari pati (kristalisasi) dari pengalaman hidup yang mendalam dan panjang dari penuturnya. Secara lebih bernas (berisi) dapat pula disebut sebagai filsafat mini. Peribahasa mengandung ajaran-ajaran filsafat masyarakat penuturnya. Maka dari itu, peribahasa mengandung ajaran-ajaran kebijaksanaan hidup yang melekat pada lingkungan tersebut.

Dalam masyarakat Indonesia lebih spesifik lagi masyarakat melayu, peribahasa menunjukkan hal dan benda konkret yang ada di alam lingkungan masyarakatnya. Ada banyak benda konkret yang ‘menjadi bahan’ dalam peribahasa melayu. Contoh kata yang digunakan dalam banyak peribahasa antara lain: air, gajah, harimau, gunung, padi dan sebagainya. Kata-kata tersebut merupakan benda konkret yang dijumpai oleh masyarakat melayu yang makan padi, lingkungan pegunungan, ada gajah dan harimau (sumatera).


Asal-usul dan Sejarah Perkembangan Filsafat
Peribahasa di Indonesia didominasi oleh peribahasa melayu. Hal ini disebabkan oleh karena sumber utama bahasa Indonesia adalah bahasa melayu. Selain itu, suku bangsa di Nusantara yang paling dominan dalam peribahasa adalah suku bangsa melayu. Selanjutnya, peribahasa dari negeri asing juga diadopsi ke dalam bahasa Indonesia.

Adapun contoh-contoh peribahasa yang berasal dari negeri asing adalah sebagai berikut:
Peribahasa pagar makan tanaman, merupakan peribahasa yang berasal dari negeri India (Lihat Sir Richar Winstedt, dalam A History of Classical Malay Literature, (Kuala Lumpur, Oxford University Press, 1969).

Peribahasa seperti katak dalam tempurung merupakan peribahasa serapan dari bahasa sanskerta. Dalam bahasa Sanskerta, ada peribahasa yang berarti siapa yang tak menjelajah dan meneliti bumi adalah katak dalam sumur. Keduanya memiliki kemiripan, tetapi seperti katak dalam tempurung lebih bernas karena lebih singkat dan lebih padat.

Ada juga peribahasa yang berasal dari bahasa Arab, habis minyak sepasu ekor anjing tak akan lurus. Juga ada pula peribahasa Arab yang berbunyi burung terbang dengan sayap, manusia terbang dengan cita-citanya.

Bagaimanapun, meski termasuk sastra lisan yang kuno dan ada sebelum budaya tulis ada. Peribahasa mampu bertahan hingga sekarang. Peribahasa masih lestari dalam bahasa lisan maupun tulisan. Dalam bentuk tulisan, peribahasa masih sering digunakan dalam kata pengantar sebuah karya ilmiah. Dalam ragam jurnalistik, peribahasa juga sering digunakan dalam badan berita.

Peribahasa yang masih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain tak ada rotan akar pun jadi; air susu dibalas air tuba; karena nila setitik rusak susu sebelanga.

Peribahasa yang sering digunakan dalam dalam kata pengantar antara lain tak ada gading yang tak retak; juga peribahasa tak ada padi bernas setangkai. Maksud dari kedua peribahasa tersebut adalah tidak ada yang sempurna didunia ini, selalu ada saja kekurangan meskipun itu sangat sedikit.


Demikian penjelasan mengenai pengertian peribahasa, asal-usul dan penjelasannya mengenai peribahasa. Mari terus lestarikan peribahasa sebagai wujud budaya dan kekayaan bangsa. Terus membaca dan menggali pengetahuan tentang peribahasa.