Senin, 27 April 2020

Mengklasifikasi Teks Eksemplum

Kabid Dikdas
Teks Eksemplum merupakan teks cerita yang mengisahkan tokoh atau pelaku dari ceritanya. Kisahnya biasa diawali dengan pengenalan tokoh, kemudian dilanjutkan dengan peristiwa yang dialami tokoh, lalu ditutup dengan interpretasi yang muncul dari dalam diri tokoh. Sebagai karya sastra, teks eksemplum termasuk teks yang berisi sebuah pengalaman hidup manusia. Untuk dapat mengklasifikasi teks eksemplum dilakukan dengan cara membaca teks tersebut dengan teliti dan jika perlu dilakukan berulang-ulang. Setelah membaca teks tersebut dilanjutkan dengan mengidentifikasi struktur dan penokohan yang ada dalam teks tersebut.

Klasifikasi teks eksemplum dapat dilakukan berdasarkan struktur dan penokohan yang terdapat di dalam bagian-bagian yang membangun teks eksemplum tersebut. Struktur teks adalah hubungan antara unsur-unsur yang membentuk teks sebagai satu kesatuan. Teks dianggap sebagai tatanan atau bangun yang mempunyai unsur-unsur yang berkaitan satu sama lain. Kalau salah satu unsur dipisahkan dari teks yang lain, maka teks menjadi tidak utuh. Struktur teks eksemplum terdiri dari orientasi^insiden^interpretasi. Penokohan dalam teks eksemplum terdiri dari tokoh utama dan tokoh pendamping.

Orientasi merupakan bagian awal teks yang membicarakan tokoh utama dalam teks tersebut. Insiden merupakan peristiwa yang berisi persoalan yang dihadapai oleh Ptokoh utama di dalam kehidupannya. Insiden yang dialaminya menjadi deretan persoalan yang akhirnya akan memberikan konsekuensi terhadap langkah yang ditempuhnya. Reaksi individu tokoh utama yang timbul akibat peristiwa yang dialami berisi pesan moral yang tidak terkait dengan tokoh utama, tetapi terkait dengan pendengar atau pembaca yang menjadi partisipan. Oleh karena itu, insiden ini disebut juga komplikasi. Sementara itu, interpretasi merupakan evaluasi dan akibat terhadap pilihan yang dilakukan tokoh utama sehingga memberi pembelajaran pada dirinya. Bagian ini merupakan pandangan penulis terhadap peristiwa dan kejadian yang dialami pelaku dan diharapkan akan menjadi pesan moral bagi partisipan.

Cerita Putri tangguk berasal dari kabupaten Kerinci, Jambi. Tepatnya di negeri Bunga Tanjung kecamatan Danau Kerinci. Adapun tema dalam cerita Putri Tangguk adalah “wanita yang sombong karena telah menyia-nyiakan padi”. Alur yang terdapat pada cerita ini adalah alur maju, karena peristiwa yang terjadi pada cerita tersebut diurutkan secara kronologis. Dan adapun latar tempat yang tampak pada cerita Putri Tangguk ini adalah saat di persawahan, saat di rumah, serta saat putrid tangguk (mak) di jalan bersama suami dan anaknya. Mengejar cita merupakan karya Nur Lailatul Fitrotin.

Untuk itu, baca dan cermati lagi teks “Putri Tangguk” dan “Mengejar Cita” di bawah ini.

Mengejar Cita
Struktur TeksKalimat dalam Teks
OrientasiPagi itu Dani ingin sekali bersekolah, Akan tetapi, karena kondisi keuangan keluarganya yang tidak mencukupi, dia terpaksa mengurungkan niatnya. Dani tidak bisa melanjutkan sekolah karena harus membantu ibunya yang sehari-hari mencari nafkah sebagai penjual nasi. Dani hanya bisa membantu ibunya berjualan nasi pecel. Sejak ayahnya meninggal, ekonomi keluarga Dani tidak stabil. Mereka berusaha keras mengumpulkan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka berharap mendapatkan rezeki lebih agar Dani bisa bersekolah kembali.
InsidenKetika Dani berangkat menjajakan koran, tanpa disangka dia bertemu dengan temannya yang bernama Tina, anak seorang Kepala Sekolah. Perasaan iri Dani muncul ketika melihat Tina berpakaian seragam sekolah yang rapi, lengkap dengan sepatu dan tas. Akan tetapi, dia sadar bahwa dia tidak mungkin seperti Tina. Seperti biasa, dengan semangat yang luar biasa, Dani benar-benar tak merasakan lelah meskipun terik matahari siang itu begitu terasa di kulit. Dani masih tetap semangat dan termotivasi untuk mengumpulkan uang yang banyak agar bisa melanjutkan sekolah dan mewujudkan citacitanya. Dani berharap hari ini dia memperoleh hasil yang banyak dalam penjualan koran.

Pada saat Dani menyeberang jalan untuk mengejar orang yang ingin membeli korannya, tiba-tiba sebuah mobil menyenggolnya. Dia terjatuh ke pinggir jalan dan koran dagangannya berantakan. Wanita yang mengendarai mobil itu turun lalu menghampiri Dani yang masih tergeletak. Wanita muda itu memarahi Dani yang masih belum sadar.

Ketika Dani sadar, dia mendengar wanita itu memarahinya karena menyeberang jalan ketika lampu lalu lintas masih hijau. Padahal, Dani berlari dan menyeberang jalan ketika lampu lalu lintas sudah berwarna merah. Mobil dan motor sudah berhenti. Hanya Ibu itu saja yang masih menjalankan mobilnya. Banyak saksi yang melihat bahwa Dani tidak bersalah.
InterpretasiDani tidak dapat berbuat apa-apa. Dia hanya manatap korannya yang sudah berjatuhan dan tidak dapat dijual lagi. Dani hanya bisa diam ketika dikatakan sebagai penyebab terjadinya kecelakaan itu. Dani hanya pasrah dan berharap hal itu tidak terjadi lagi padanya. Hikmah yang dapat diambil adalah jangan menyalahkan orang yang sesungguhnya tidak bersalah.
Diolah dari sumber: http://cerpenmu.com/cerpen-nasihat/mengejar-cita.html

Putri Tangguk
Struktur TeksKalimat dalam Teks
OrientasiAlkisah, di Desa Bunga Tanjung ada seorang perempuan tua yang mempunyai huma. Humanya tidak begitu luas, hanya seluas tangguk penangkap ikan. tetapi hasilnya melimpah ruah. Putri Tangguk nama perempuan itu. Ia memiliki tujuh orang anak.
InsidenPada suatu malam, Putri Tangguk dan suaminya sedang berbincang-bincang tentang masa depan keluarganya. Ketika itu, ketujuh anak mereka sudah tidur dengan pulas. “Wahai Kakanda”, kata Putri Tangguk kepada suaminya sambil menghela napas panjang. “Kita telah bekerja terus-menerus dan tidak henti-henti menuai padi. Hamba merasa sangat lelah. Anak-anak kita pun tidak terurus lagi. Lihatlah anak-anak kita yang tidak pernah lagi berdandan. “Ya,” jawab suaminya sambil duduk. “Kalau itu keinginan Dinda, Kanda tidak akan berhuma lagi karena ketujuh lumbung padi sudah penuh”. Hujan yang turun malam itu sangat lebat membuat suasana tempat tinggal Putri Tangguk semakin sunyi.

Keesokan harinya, pagi yang masih dingin tidak menghalangi niat Putri Tangguk dan suaminya pergi ke sawah untuk menuai padi. Pekerjaan itu biasa mereka lakukan setiap pagi demi memenuhi kebutuhan keluarga. Jalan menuju huma yang mereka tuju sangat licin sehingga Putri Tangguk beserta suami dan anak-anaknya sering tergelincir. Bahkan, anakanaknya ada juga yang terjatuh. Perempuan setengah baya itu tampak kesal.

“Jalan licin!” terdengar Putri Tangguk menyumpah. “Hari ini kita tidak perlu lama bekerja. Padi yang tertuai kita tumpahkan di jalan ini sebagai pengganti pasir. Besok kita masih dapat menuai padi,” kata Putri Tangguk sambil menggerutu. Hari itu mereka cepat kembali ke rumah. Padi yang sudah tertuai, mereka taburkan di sepanjang jalan yang mereka lalui. Mereka berharap jalan yang selalu mereka lalui tidak licin lagi.

Pada suatu malam anak Putri Tangguk terbangun dan menangis meminta nasi untuk makan. Putri Tangguk pergi ke dapur untuk mengambil nasi. Ketika tutup periuk di buka, Putri Tangguk terkejut karena tidak ada nasi di dalamnya. Kemudian, ia berjalan menuju lumbung yang digunakan untuk menyimpan beras dan padi. Ia sangat terkejut ketika melihat lumbung itu kosong. Dengan setengah berlari, Putri Tangguk menuju lumbungnya yang lain. Ia semakin terkejut karena di dalam ketujuh lumbung padi yang dimilikinya tidak sebutir beras atau padi pun yang ditemuinya. Setelah menyampaikan apa yang ditemuinya itu, Putri Tangguk dan suaminya bergegas berangkat menuju huma mereka. Akan tetapi, mereka sangat terkejut karena tidak sebatang pun padi ada di huma mereka. Dalam keadaan sedih, Putri Tangguk pulang ke rumah. Kesedihannya semakin bertambah ketika mendengar tangisan anak-anaknya yang kelaparan. Putri Tangguk jatuh miskin akibat kesombongannya dengan membuang-buang padi semaunya di jalan yang dilewatinya.
InterpretasiSebagai ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa, manusia tidak boleh sombong dan angkuh. Manusia tidak boleh menghambur-hamburkan kekayaannya karena semuanya merupakan anugerah dan titipan Sang Pencipta. Putri Tangguk yang pada mulanya sangat kaya jatuh miskin karena kesombongan dan keangkuhannya. Ia tidak mensyukuri kekayaan yang telah diberikan Tuhan kepadanya.

Di dalam karya sastra tokoh atau pelaku menjadi sesuatu yang sangat penting karena melalui tokoh itulah peristiwa-peristiwa yang terjadi diceritakan penulis. Tokoh dalam suatu cerita dapat dibagi, antara lain tokoh utama dan tokoh pendukung. Tokoh utama merupakan pelaku yang menjadi pusat perhatian dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi, sedangkan tokoh pendukung merupakan pelaku yang perannya hanya sebagi pendamping tokoh utama agar jalan cerita yang diingini penulis tercapai. Melalui watak dan perilaku tokohtokoh di dalam cerita itu, pembaca dapat belajar. Teks “Putri Tangguk” dan “Mengejar Cita” di atas juga memiliki pelaku yang penjadi tokoh utama dan tokoh pendukung.

Tokoh Utama
TeksTokoh Utama
Perilaku baikPerilaku buruk
Teks “Putri Tangguk”Putri TanggukPutri Tangguk sangat menyayangi keluarganyaPutri Tangguk sangat sombong
Teks “Mengejar Cita”DaniSabar, penyayang, baik dan mempunyai semangat tinggi untuk hidup.Ia memiliki perasaan iri terhadap temannya yang bernama Tina.

Tokoh Pendamping
TeksTokoh Pendamping
Perilaku baikPerilaku buruk
Teks “Putri Tangguk”Suami Putri TanggukSuaminya sangat bertanggung jawab kepada keluarganya.Ia sama sombongnya dengan istrinya.
Teks “Mengejar Cita”Wanita Muda-Ia tidak mau mengakui kesalahannya.

Setelah kamu mengetahui tokoh-tokoh yang menjadi pelaku di dalam kedua teks tersebut kita memperoleh hikmah dan pelajaran terhadap perilaku mereka itu. Pelajaran apakah yang dapat kamu ambil dari perilaku tokoh utama dan tokoh pendukung, baik yang terdapat di dalam teks “Putri Tangguk” maupun teks “Mengejar Cita”?
  1. Dari teks Putri Tangguk diperoleh pelajaran yang sangat berharga yaitu kita tidak bloeh sombong janganlah menjadi manusia yang sombong walaupun banyak kelebihan yang diberikan oleh Allah terhadap kita. Dan jangan pernah untuk menyia-nyiakan sedikit saja makanan yang telah diberikan terhadap kita, karena makanan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan kita.  Serta jangan pula untuk tidak memperdulikan orang lain yang ada disekitar kita, jangat sibuk dengan kegiatan kita sendiri saja.
  2. Dari teks Mengejar Cita kita dapat belajar untuk jangan berputus asa dalam menjalani cobaan hiduh. Tetap semangat dan berusaha untuk menggapai cita-citamu. Dan jangan pernah bersikap kasar kepada orang lain karena itu merupakan sifat tercela yang tidak boleh dilakukan.

Manusia hidup dan tinggal tidak hanya di perkampungan, perumahan (kompleks), tetapi juga di rumah susun. Rumah susun yang biasa disingkat rusun biasanya terdapat di perkotaan, terutama kota-kota yang penduduknya padat seperti Jakarta, Bandung, Surabaya. Bacalah dan mencermati teks “Tinggal di Rumah Susun” berikut.

Tinggal di Rumah Susun
Struktur TeksKalimat dalam Teks
OrientasiSaya dan keluarga tinggal di rumah susun yang tidak jauh dari rumah orang tua. Tetangga saya, sepasang suami istri yang tinggal di lantai bawah, suka menyelenggarakan pesta bersama teman-temannya. Tadi malam mereka mengadakan pesta lagi dan sangat mengganggu kenyamanan kami. Akibatnya, tidak hanya saya yang terganggu. Ayah, Bunda, serta adik saya pun ikut terganggu.
InsidenKetika mau berangkat kerja dan mengeluarkan mobil, saya sangat terkejut karena ada mobil yang terparkir di depan garasi saya. Pemilik mobil itu memarkir mobilnya seenaknya. Saya tentu tidak dapat mengeluarkan mobil saya dari garasi karena terhalang mobil tersebut. Saya mendatangi tetangga yang tadi malam pesta karena saya mengira mobil itu milik teman-temannya. Ketika mengetuk pintu dan meminta mereka memindahkan mobil itu, saya sangat terkejut karena ternyata mobil itu bukan milik mereka yang ikut pesta. Tanpa pikir panjang, kemudian saya bertanya kepada tetangga yang lain. Mereka mengatakan bahwa bukan mereka pemilik mobil itu.

Saya terdiam sejenak sambil berjalan mendekati mobil itu lagi. Tidak berapa lama kemudian, saya memutuskan untuk menelepon polisi yang kantornya tidak jauh dari tempat tinggal saya. Meskipun polisi itu datang dengan cepat, dia tidak dapat berbuat banyak. Dia juga tidak dapat memindahkan mobil itu karena tidak memiliki kuncinya. Polisi itu memandang saya sambil berjalan ke arah mobilnya. Yang dapat dilakukan polisi itu hanya memberikan surat tilang dan menyelipkannya di kaca depan mobil.
InterpretasiPengalaman ini sangat membekas bagi saya. Saya tidak dapat mengeluarkan mobil saya karena seseorang telah memarkir mobil dengan semaunya di depan garasi saya. Polisi yang saya harapkan datang membantu pun tidak dapat memindahkan mobil itu. Kalau memindahkan mobil itu, saya harus memecahkan kacanya dan masuk ke dalamnya guna melepaskan tuas rem tangan. Tujuannya agar mobil dapat didorong ke tempat lain. Saya hanya dapat menunggu sampai pemilik mobil itu datang. Agar tidak mengganggu orang lain, parkirlah mobil di tempat yang sudah disediakan!

Tokoh
Jenis TokohTokoh
Perilaku baikPerilaku buruk
Tokoh UtamaSayaSabar dan mampu mengendalikan diriMenceritakan kejelekan tetangga
Tokoh Pendamping”PolisiMenangani kasus dengan cepat-

Berapa peristiwa penting yang dialami tokoh utama pada bagian insiden teks “Tinggal di Rumah Susun” adalah sebagai berikut.
  1. Saya sangat terkejut karena ada mobil yang terparkir di depan garasi saya.
  2. Saya bertanya kepada tetangga yang lain, mereka mengatakan bahwa bukan mereka pemilik mobil itu.
  3. Saya memutuskan untuk menelepon polisi yang kantornya tidak jauh dari tempat tinggal saya.
  4. Polisi juga tidak dapat memindahkan mobil itu karena tidak memiliki kuncinya.
  5. Polisi itu hanya memberikan surat tilang dan menyelipkannya di kaca depan mobil.

Pada bagian interpretasi, penulis menyatakan bahwa manusia harus mematuhi aturan dan tidak boleh berlaku seenaknya. Tentunya kita sangat setuju bahwa aturan dibuat agar kehidupan dapat berjalan dengan tertib. Apabila salahsatuwarga berlaku tidak tertib tentu akan mengganggu warga yang lainnya.
 Teks Eksemplum merupakan teks cerita yang mengisahkan tokoh atau pelaku dari ceritanya Mengklasifikasi Teks Eksemplum
Peristiwa yang dialami tokoh utama dalam teks “Tinggal di Rumah Susun” di atas mengandung muatan interpersonal yang menggambarkan bahwa peristiwa dalam teks eksemplum dianggap sebagai insiden yang menjadi bahan renungan. Partisipan yang terlibat dalam teks itu menginginkan insiden itu dapat diatasi, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Insiden tersebut tidak perlu terjadi apabila pemilik mobil memarkir mobil pada tempat yang sudah disediakan.